Oleh Ahmad Imam Sartiya
Foto: Dokumen Ibu Susi
Hasad adalah penyakit hati yang berpotensi untuk diderita oleh semua orang. Ada yang memupuk hingga hasad itu besar dan kuat, namun ada juga yang menekannya sehingga menjadi kecil. Ada yang menampakannya dan ada yang menyembunyikannya.
Hasad terjadi ketika seseorang tidak suka melihat orang lain senang, atau diberi nikmat lebih oleh Allah ﷻ. Ciri ciri orang yang hasad salah satunya adalah mudah sesak napas, saat temannya, atau sodaranya, atau tetangganya mendapat kenikmatan yang lebih.
Sebagai seorang muslim, kita harus berusaha menghindari penyakit yang satu ini, agar hati kita bersih. Sesungguhnya Allah ﷻ lebih melihat pada hati seseorang bukan pada penampilan atau fisiknya. Alasan selanjutnya adalah karena efek dari hasad ini berbahaya. Hasad berpotensi melahirkan kezoliman. Perhatikan jabaran di bawah ini.
Pertama, kejadian hasad iblis pada Nabi Adam. Oleh karena terbuat dari api, iblis merasa lebih terhormat dari pada Nabi Adam yang terbuat dari tanah. Iblis enggan bersujud dan akhirnya dia diusir oleh Allah ﷻ. Iblispun kemudian bersumpah akan menggoda Nabi Adam bahkan sampai pada anak cucu hingga akhir zaman.
Kedua, hasadnya Qabil pada Habil. Pertikaian mereka ini bermula dari perjodohan. Qabil iri dengan jodoh yang dimiliki Habil. Karena tidak ada kata sepakat, mereka diminta untuk berkurban. Oleh karena kurban Qabil tidak diterima Allah ﷻ. Qabil akhirnya membunuh Habil.
Ketiga, hasad yang menimpa nabi Yusuf. Saudara-saudaranya membuang Nabi Yusuf ke dalam sumur, karena hasad.
Dalam kehidupan, kita bisa lihat bahwa hasad terjadi pada orang yang memiliki kedudukan sama, seperti antar siswa, antar pegawai, dan antar bos. Hasad juga terjadi pada saudara kandung yang iri dengan saudara yang lain. Hasad juga terjadi pada tetangga dekat, dan pada teman dekat.
Contoh ada teman punya hp baru, teman yang lain hasad. Contoh lain seorang pegawai hasad dengan rekannya yang dipromosikan menjadi manager. Contoh selanjutnya seorang siswa hasad kepada temannya karena dia terpilih sebagai ketua kelas.
Secara umum, menurut saya, hasad terjadi karena persaingan dunia, apakah persaingan untuk menjadi nomor satu dalam belajar, dalam bekerja, atau pun dalam mencari pasangan hidup. Persaingan persaingan itu cakupannya sangat sempit karena yang diperebutkan sedikit. Kalau orang bersaing untuk urusan akhirat, seperti bersaing untuk mendapatkan pintu Ar Royan bagi yang rajin berpuasa, saya pikir hasad itu tidak akan muncul, karena akhirat itu sangat luas, walaupun itu sebuah pintu surga.
Efek buruk hasad cukup beragam, salah satunya adalah membuat orang berlaku syirik, contoh orang bersaing mengharapkan cinta wanita, dengan pergi ke dukun. Efek buruk lainnya adalah mencari cari kesalahan orang lain. Di zaman digital ini, jejak digital digunakan orang untuk membuka aib, berghibah, menjelek-jelekan bahkan sampai memfitnah orang lain.
Cara menghilangkan hasad yang pertama adalah dengan bersyukur atas nikmat Allah ﷻ. Sesungguhnya Allah ﷻ memberikan nikmat berbeda pada tiap orang. Bagi yang diberi lebih, sesungguhnya itu adalah ujian, bagaimana dia akan menggunakan hartanya, apakah di jalan Allah ﷻ atau tidak. Apakah dia akan bersyukur dengan banyak berbagi dan bersedekah atau malah lebih banyak pamer, flexing, dan bergaya hidup hedon.
Cara kedua adalah dengan mendoakan orang lain. Dalam sebuah hadits dikatakan, seorang muslim yang mendoakan saudaranya, akan diamini oleh malaikat. Itu artinya doa itu untuk diri sendiri. Cara yang ketiga adalah dengan banyak menolong atau memudahkan urusan orang lain, sehingga Allah ﷻ akan mempermudah urusannya sendiri. Untuk meghindari hasad orang lain, kita dianjurkan mengucapkan hasbunallah wa nikmal wakil dan membaca surat Al-Falaq.
Ada hasad yang diperbolehkan, namanya ghibtoh, tanpa ingin menghilangkan kenikmatan orang lain. Ghibtoh itu adalah pada orang alim dan pada orang yang dermawan. Contoh yang terjadi pada Abu bakar dan Umar bin Khatab. Umar ingin bisa menjadi dermawanan seperti Abu Bakar. Namun gagal, karena Abu Bakar memberikan seluruh hartanya untuk Islam, keluarganya hanya ditinggalkan dengan Allah ﷻ dan RosulNya. Selanjutnya Nabi Musa dengan Nabi Muhammad ﷺ pada peristiwa isro miraj. Bahwa Nabi Musa ingin punya pengikut yang banyak seperti pengikut Nabi Muhammad ﷺ untuk masuk surga.
Apa pahala bagi orang yang tidak hasad? dalam sebuah riwayat disebutkan, di depan para sahabat, Nabi Muhammad ﷺ pernah menyebut seseorang yang akan menjadi ahli surga. Lalu seorang sahabat sengaja menginap di rumah ahli surga itu untuk mencari tahu amalan apa yang spesial. Setelah beberapa malam menginap, dia gagal. Namun akhirnya sang ahli surga bercerita, bahwa dia tidak pernah hasad dengan nikmat Allah ﷻ yang diberikan pada sodaranya.
Wallahu a’lam